SINTANG, IT - Paroki
Katedral Kristus Raja Sintang melaksanakan Seminar Ilmiah tentang Gereja
Sebagai Garam dan Terang Dalam Membangun Keberagaman Sintang di Balai Kenyalang
pada Sabtu, 10 September 2022.
Seminar menghadirkan dua narasumber yakni Uskup Keuskupan Sintang Samuel Oton
Sidin dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sintang, Kusnidar.
Seminar diikuti 200 umat Katolik dari berbagai organisasi.
Uskup Keuskupan Sintang, Samuel Oton Sidin dalam materinya menyampaikan umat Katolik hendaknya memahami makna terang dan garam dimanapun kita berada.
"kita menghargai keberagaman di tengah masyarakat namun tidak mengurangi identitas kita sebagai umat Katolik. Garam kalau sudah kehilangan asinnya, maka akan dibuang karena fungsinya sudah tidak ada. Umat Kristen umumnya dipanggil menjadi terang dan garam dunia. Karena dalam kehidupan manusia ada kegelapan dan ketidaknyamanan. Maka Tuhan memanggil umat Kristen untuk menjadi terang dan garam dunia” terang Uskup Sintang.
Uskup Keuskupan Sintang, Samuel Oton Sidin dalam materinya menyampaikan umat Katolik hendaknya memahami makna terang dan garam dimanapun kita berada.
"kita menghargai keberagaman di tengah masyarakat namun tidak mengurangi identitas kita sebagai umat Katolik. Garam kalau sudah kehilangan asinnya, maka akan dibuang karena fungsinya sudah tidak ada. Umat Kristen umumnya dipanggil menjadi terang dan garam dunia. Karena dalam kehidupan manusia ada kegelapan dan ketidaknyamanan. Maka Tuhan memanggil umat Kristen untuk menjadi terang dan garam dunia” terang Uskup Sintang.
“Kalau sejak dulu kondisi masyarakat sudah terang dan nyaman,
maka tidak perlu lagi ada perintah untuk menjadi terang dan garam dunia. Terang
itu harus terlihat. Sejak dulu, di dunia ini selalu ada ketidaknyamanan dan
kegelapan. Kita umat Kristen Indonesia hadir untuk memberikan terang dan
kebaikan. Kita sebagai anggota gereja, wajib membawa terang bagi kehidupan
masyarakat dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan profesi
kita di masyarakat. Umat Katolik secara pribadi bisa menjadi terang dan garam
bagi lingkungan tempat bekerja dan tempat tinggal” pesan Uskup Sintang
“Kita harus mencintai keberagaman di tengah masyarakat.Dengan tetap setia dan memperkuat identitas kita sebagai umat Katolik. Hirarki
Gereja Katolik tidak boleh terlibat dalam politik praktis seperti menjadi
Bupati dan anggota DPRD. Kami juga tidak boleh menjadi pengurus partai politik,”
tandasnya.
Menurut Uskup Sintang,”Kalau mau jadi pengurus partai, berhenti menjadi imam. Namun kami bertanggung jawab memberikan pendidikan politik supaya umat Katolik bisa berpolitik sesuai dengan ajaran gereja Katolik. Kami juga memahami, bahwa saat mendidik umat dalam politik tetapi dipersepsikan sebagai politik praktis,Kami bertanggungjawab menyampaikan pendidikan politik bagi umat” tegasnya.
Menurut Uskup Sintang,”Kalau mau jadi pengurus partai, berhenti menjadi imam. Namun kami bertanggung jawab memberikan pendidikan politik supaya umat Katolik bisa berpolitik sesuai dengan ajaran gereja Katolik. Kami juga memahami, bahwa saat mendidik umat dalam politik tetapi dipersepsikan sebagai politik praktis,Kami bertanggungjawab menyampaikan pendidikan politik bagi umat” tegasnya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Sintang Kusnidar menyampaikan bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan perbedaan dalam artian luas.
"Maka,” tukisnya,”Siapapun yang tidak menghargai perbedaan dan keberagaman, maka dia tidak percaya dengan Tuhan.”
“Adanya agama adalah supaya kita saling menghargai. Perbedaan tidak bisa dihindari, tetapi dihargai. Yang berbeda, jangan sampai disama-samakan. Dan yang sudah sama, jangan sampai di beda-bedakan” terang Kusnidar.
Lanjutnya,“Kita memiliki Pancasila yang menjadi dasar negara.
Pancasila itulah yang terbukti menyelamatkan bangsa kita hingga saat ini masih
kokoh berdiri. Pancasila menjadi identitas nasional dalam menghadapi
keberagaman.Sintang ini saja memiliki banyak bahasa dan budaya. Itu semua karya
Tuhan yang luar biasa kepada manusia” tandas Kusnidar.
“Karakter bangsa Indonesia adalah gotong royong, ramah dan
santun, kepedulian sosial, dan kekerabatan. Kecerdasan emosional dibutuhkan 80
persen oleh manusia.Tetapi Kecerdasan intelektual hanya diperlukan 20 persen
saja. Pintar itu perlu tetapi yang lebih penting adalah cerdas” tambah Kusnidar.
RD. Florianus Abong Pastor Kepala Paroki Katedral Kristus Raja Sintang menyampaikan bahwa seminar ini dilaksanakan untuk memeriahkan perayaan 90 tahun Paroki Katedral Kristus Raja Sintang.
"Paroki Katedral Kristus Raja Sintang diusia yang ke 90 ini ingin mengambil peran lebih dalam untuk gereja, masyarakat dan bangsa Indonesia. Khususnya dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.Termasuk dalam menghadapi pemilu tahun 2024, supaya kita bisa tetap menjadi garam dan terang bagi masyarakat" kata RD. Florianus Abong.
Sementara Ketua Panitia Hari Ulang Tahun Ke 90 Paroki
Katedral Kristus Raja Sintang Frans Seda menyampaikan bahwa, seminar diikuti
oleh anggota DPRD Sintang, Aparatur Sipil Negara di Pemkab Sintang, Rohaniwan
Rohaniwati, Perwakilan DPP Paroki Keluarga Kudus Pandan, DPP Paroki Santo Martinus
Kelam Permai, Pemuda Katolik, WKRI, KKMK, Guru Agama Katolik, Kelompok
Kharismatik, Mahasiswa Unka, Stikara, STKIP Persada Khatulistiwa, Poltekes
Kemenkes, Anggota TNI, FKUB Sintang, utusan lingkungan, Legio Maria dan
ISKA.
"Peserta sekitar 200 orang. Tema seminar adalah gereja sebagai garam dan terang dalam membangun keberagaman Sintang. Semoga seminar ini bermanfaat bagi gereja, masyarakat dan negara" pungkas Frans Seda.
(Bostang) IT
"Peserta sekitar 200 orang. Tema seminar adalah gereja sebagai garam dan terang dalam membangun keberagaman Sintang. Semoga seminar ini bermanfaat bagi gereja, masyarakat dan negara" pungkas Frans Seda.
(Bostang) IT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar