"Kami mengutuk keras atas persekusi wartawan, sebagaimana yang terjadi
terhadap Gusti Gumilar dan Zaenal Abidin," ungkap Ketua SMSI
Kabupaten Bekasi Doni Ardon dihubungi wartawan via telepon, Selasa, 20
September 2022.
Tak hanya mengutuk keras, Doni Ardon bahkan sudah menginformasikan adanya kasus
penganiayaan tersebut ke Wakil Ketua LPSK RI, Brigadir Jenderal Polisi
(Purn) Dr. ACHMADI, S.H., M.A.P.
"Saya melihat adanya ancaman pembunuhan, maka perlu ada perlindungan terhadap korban," ungkapnya.
"Saya berharap Kapolres Karawang Ajun Komisaris Besar Polisi Aldi untuk secepatnya menangkap para pelaku penganiayaan terhadap Gusti Gumilar dan Zaenal Abidin dan beri hukuman yang seberat-beratnya," jelasnya.
Sementara Ketua Aliansi Wartawan Indonesia (AWI), Irwan A saat di konfirmasi wartawan di kantornya (21/09/2022) mengatakan bahwa, “Apa yang dilakukan oleh PNS Kabupaten Karawang yang melakukan aksi kriminal yang mengacu pada Tindak Pidana Penculikan dan Penganiayaan adalah tindakan sangat tidak terpuji dan hal yang di luar nalar bagi prilaku ASN pada umumnya,” ungkap Irwan.
Ketua AWI Kabupaten Bekasipun menegaskan bahwa,”Kami mengecam keras Para PNS Kabupaten Kerawang pelaku Penculikan Disertai Penganiayaan Berat tersebut sudah sepatutnya diberikan sangsi tegas oleh aparat penegak hukum, untuk itu kami dari Aliansi Wartawan Indonesia mendesak agar penegak hukum segera menangkap dan memenjarakan para ASN pelaku tindakan tak terpuji tersebut dan Bupati Karawang segera mencopot para ASN pelaku Tindak Pidana tersebut dari Jabatannya,” tegas Irwan.
Diketahui, Pemimpin redaksi Alexanews.id Gusti Gumilar atau yang akrab disapa Junot menjadi korban kekerasan oknum PNS usai mengikuti launching Persika 1951 di Stadion Singaperbangsa, Karawang, Sabtu, 17 September 2012 sore.
Junot
melaporkan tindakan kekerasan dan penganiayaan yang menimpanya ke Polres
Karawang dengan nomor laporan STTLP/1749/IX/2022/SPKT. RESKRIM/POLRES
KARAWANG/POLDA JAWA BARAT, Senin (19/9/2022) pukul 20:00 WIB.
Kepada wartawan yang menemaninya, Junot menuturkan kronologis kejadian
penganiayaan yang menimpanya.
“Usai acara launching Persika 1951 saya kebetulan masih di stadion, saya dibawa
ke ruangan yang dulu bekas kantor PSSI Karawang di Stadion
Singaperbangsa," kata Junot.
Dalam ruangan tertutup itu tak ada yang boleh masuk selain pihak penganiaya.
"Megang hp pun pun tidak boleh dan komunikasi dibatas, bahkan sampai
sekarang hp saya disita oknum ajudan dan gak tau dimana. Saya disitu dipress,
ditanya posisi Zenal dimana (jurnalis yang juga mengalami penganiayaan_red)
dimana".
"Saya mulai menerima pukulan dari kalangan suporter, terus dia sendiri
(oknum PNS berinisial A) mencekoki saya dengan minuman keras".
“Bahkan oknum pejabat berinisial A itu sampai tiga kali mencekoki saya dengan
air kencing. Dia juga melakukan pemukulan dan penyikutan di kepala. Kemaluan
saya juga ditendang oleh oknum lainnya. Bahkan A ini juga melakukan
pengancaman, katanya jangan sampai anak saya menjadi yatim. Ada sekitar 4
sampai 5 orang yang memukuli saya saat itu,” ulasnya.
Lanjut Junot, penganiayaan diterimanya sejak malam sampai pagi hari. Dirinya
sempat tak sadarkan diri dan baru bisa pulang setelah dijemput
saudaranya.
Junot diamankan ke salah satu kantor dinas di Pemkab Karawang dan baru pulang
ke rumah hari Minggu, pukul 18:00 WIB (18/9/2022).
"Saya dianggap provokasi, dan meng-up soal jabatan kosong, dan sorotan
saya lainnya mengenai launching Persika,” lanjut Junot ketika ditanya mengapa
ia sampai mendapat penganiayaan dari para oknum pejabat tersebut.
Bahkan, kata Junot, pelaku diduga tidak hanya oknum pejabat berinisial A itu
saja, namun ada oknum PNS lainnya berinisial R yang merupakan ajudan salah satu
pejabat di Pemkab Karawang.
“Ada juga ancaman bahwa saya jangan buka LP. Kalau saya buka LP, saudara saya
diancam akan diberhentikan dan ada ancaman pembunuhan dengan mengatakan nanti
anak saya jadi anak yatim. Disitu setahu saya ada sekitar 4 hingga 5 orang
oknum PNS yang saya kenal,” imbuhnya.
Lanjut Junot, penganiayaan yang diterimanya terpisah dengan penganiayaan
terhadap Zaenal yang juga merupakan seorang jurnalis.
“Sambil menjemput Zaenal ke rumahnya pun, saya masih dianiaya di dalam mobil
dan Zaenal dijemput paksa dari rumahnya itu sekitar pukul 04:00 dini hari,”
ungkap Junot.
(***) IT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar