BANDUNG, IT - Ketua MPR RI sekaligus
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo bersama Menkopolhukam Mahfud MD
yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo membuka Konferensi Internasional
Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Suro, atau nama sejenis lainnya di
Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat. Konferensi Internasional pembentukan World
Consultative Assembly Forum atau Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia
diikuti para delegasi dari 15 parlemen negara anggota Organisasi Kerjasama
Islam (OKI) dan Sekretaris Jenderal Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI serta
Liga Muslim Dunia.
"Gagasan pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia oleh MPR
RI, atau nama lain yang disepakati, adalah untuk menghadirkan terbentuknya
forum yang memaksimalkan pemikiran bersama lembaga-lembaga sejenis diawali dari
parlemen negara-negara anggota OKI. Tujuannya untuk menguatkan kerjasama dalam
mengatasi berbagai krisis yang dihadapi umat manusia dan memaksimalkan potensi
dan kewenangan yang dimiliki, tanpa mengesampingkan keberadaan Organisation of
Islamic Cooperation (OIC), Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC),
atau Muslim World League yang sudah lama eksis," ujar Bamsoet dalam
pembukaan Konferensi Internasional Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Suro,
atau nama sejenis lainnya di Gedung Merdeka Bandung, Jawa Barat, Selasa
(25/10/22).
Turut hadir antara lain Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua Mahkamah Agung
Republik Indonesia Prof. M. Syarifuddin, Ketua Komisi Yudisial Republik
Indonesia Prof. Mukti Fajar Nur Dewata, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah
Republik Indonesia Sultan Bachtiar Najamudin, dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy
Pramono.
Delegasi dari 15 parlemen negara anggota OKI antara lain, Pimpinan MPR RI
(Indonesia) Ahmad Basarah, Lestari Moerdijat, Jazilul Fawaid, Syarief Hasan,
Hidayat Nur Wahid, Arsul Sani, dan Fadel Muhammad. Hadir pula Ketua Majelis
Syuro Kerajaan Arab Saudi Dr. Abdullah Mohammed Ibrahim Al-Sheikh, Presiden
Dewan Penasihat Kerajaan Maroko Enaam Mayara, Ketua Senat Republik Arab Mesir
Abdel Wahab Abdel Razeq, Ketua Senat Republik Islam Pakistan Muhammad Sadiq
Sanjrani, Ketua Dewan Nasional Negara Palestina Rahwi A.M. Fatouh, Wakil
Presiden Senat Malaysia Mohamad Ali bin Haji Mohamad, Wakil Ketua Dewan Bangsa
Republik Demokratik Rakyat Aljazair Salim Chenoufi.
Deputi Pertama Ketua Dewan Syuro Kerajaan Bahrain Jamal Mohamed Fakhro, Wakil
Presiden Kedua Majelis Republik Mozambik Saide Fidel, Wakil Ketua Dewan Syuro
Republik Yaman Abdullah Mohammed Abulghaith Qibab, Anggota Majelis Agung
Nasional Republik Turki Orhan Atalay, Ketua Komisi Keamanan Nasional dan
Kebijakan Luar Negeri Majelis Permusyawaratan Islam Republik Islam Iran Dr.
Abolfazl Amoei, Anggota Parlemen Republik Irak Haider M. Habeeb Majeed
Al-Khumais, Anggota Senat Kerajaan Yordania Hasyimiyah Dr. Mustafa Al-Barari,
Sekretaris Jenderal Persatuan Parlemen Negara Anggota OKI Mouhamed Khourchi,
Supervisor Liga Muslim Sedunia Untuk Asia dan Australia serta Direktur Liga
Muslim Dunia di Indonesia Abdurrahman Muhammad Amin Al Khayyat.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan
Keamanan ini menjelaskan, hingga kini keberadaan organisasi internasional
seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Persatuan Parlemen Negara-negara
Anggota OKI (PUIC), dan Liga Muslim Dunia, telah banyak berperan dalam mengisi
dinamika kehidupan umat Islam di tengah masyarakat dunia. Namun demikian,
seiring dengan pesatnya arus globalisasi dan kemajuan peradaban manusia yang
ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ternyata menyisakan
sejumlah persoalan yang semakin kompleks.
"Karenanya, MPR RI berinisiatif menghadirkan World Consultative Assembly
Forum atau nama sejenis lainnya yang belum terwadahi eksistensinya di
lingkungan OKI, PUIC, maupun IPU. Menjadi sebuah keuntungan tersendiri apabila
bisa dihadirkan sejumlah alternatif saluran organisasi internasional dalam
rangka menyikapi dan berkontribusi mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi
bersama, dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki tanpa menegasikan atau
menjadi duplikasi atas lembaga yang sudah ada," kata Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum,
Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini menerangkan, terdapat lima alasan
penting pembentukan World Consultative Assembly Forum. Pertama, Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Majelis Suro, atau nama sejenis lainnya memiliki
potensi besar, tetapi belum secara spesifik terwadahi dalam PUIC maupun IPU.
Sementara di negara-negara Arab dan Afrika sudah ada forum sejenis yaitu
ASSECAA (Association of Senates, Shoora and Equivalent Councils in Africa and
the Arab World).
Kedua, isu dan persoalan kemanusiaan di suatu negara potensial berimbas pada
negara lain, langsung maupun tidak langsung. Apalagi ikatan solidaritas
diantara negara OKI dan PUIC-nya begitu kuat. Sehingga, dibutuhkan bermacam
saluran yang bisa mewadahi aspirasi selain dari lembaga yang sudah ada, sesuai
dengan karakteristik isu, persoalan, serta kewenangan, dengan memaksimalkan
potensi diplomasi keparlemenan.
"Ketiga, kerjasama antar lembaga dalam forum atau lembaga internasional
harus menghasilkan penguatan kelembagaan bagi internal lembaga itu sendiri.
Bagaimana pun, kerjasama dalam organisasi internasional yang keanggotaannya
melibatkan lembaga-lembaga negara pada akhirnya akan memperkuat lembaga
tersebut. Sehingga pembentukan World Consultative Assembly Forum juga dalam
rangka menjadi mitra atau yang memperkuat fungsi dan peran dari PUIC,"
urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum FKKPI dan Wakil Ketua Umum SOKSI ini menambahkan, alasan
keempat, kerjasama antar lembaga dalam forum atau lembaga internasional
diharapkan menghasilkan rekomendasi strategis yang bisa ditindaklanjuti lembaga
tersebut sesuai tugas dan fungsinya. Ruang lingkup organisasi internasional
yang melibatkan lembaga-lembaga negara biasanya terbatas pada kedudukan dan
fungsi lembaga itu di negara masing-masing.
Kelima, kerjasama antar lembaga dalam organisasi internasional diharapkan dapat
menguatkan kontribusi lembaga internasional yang sudah lama eksis dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan global. Diantaranya, dalam upaya menciptakan
perdamaian, peradaban, dan keamanan bagi keberlangsungan hidup manusia, dan
bagi terciptanya masyarakat yang berperadaban dengan memaksimalkan peran
perlemen.
"Maka MPR RI sesudah mengkaji, berkonsultasi dan mendapatkan dukungan dari
banyak pihak, mengajukan inisiatif untuk membentuk World Consultative Assembly
Forum atau Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat Dunia, atau nama lain yang
disepakati melalui konferensi internasional yang kita gelar sekarang ini. Dan,
MPR RI bila disepakati oleh konferensi internasional ini, siap menjadi tuan
rumah untuk sekretariat dari World Consultative Assembly Forum," pungkas
Bamsoet.
(*) IT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar